Sejenak gua berfikir, Indonesia adalah Negara dengan
warga negara beragama Islam terbesar di Dunia. Dan Indonesia adalah Negara demokrasi
dengan berlandaskan(Ideologi) Pancasila. Iyaa, itu dulu. Sekarang bisa dibilang
Indonesia adalah Negara Muslim(bukan Islam lhoo) yang berlandaskan sebagian
besar dari Al-Qur’an. Lohh kok gitu? Iyaa karena Negara kita adalah Negara demokrasi
dan mayoritas Politikus di Indonesia adalah orang Islam yang. Ohh iya
sebelumnya tau gak Demokrasi itu apa? kalo belom cek di KBBI nih. Jadi bener
gak kalo “Mayoritas Adalah Yang Benar”? dibaca dulu pendapat gua dan setelah
itu gua akan ajak lu Yukk Mikir…
Sebelum
gua sampein materi yang sensitif ini gua akan sampaikan sesuatu dulu. Gua gak
paham Agama, Gua cuman Muslim yang berusaha Taat. Gua juga gak ngerti Politik,
karena gua cuman warga Negara biasa. Jujur gua ngerasa ilmu Agama dan politik
gua masih sangat rendah. Gua juga bukan menghina Agama sendiri, gua hanya ingin
Negara Indonesia selalu dalam damai dan ga ada konflik yang mengatasnamakan
Agama. Gua tau kok banyak yang gak suka dengan apa yang gua bahas. Tapi kali
ini Gua hanya mau menuliskan realita yang ada di sekitar kita. Memang gamparan
keras tapi gua yakin kalo pendapat ini gak salah tapi juga gak bisa disebut
benar. Okee balik lagi ke topik…
Sebelumnya
gua bilang Indonesia adalah Negara orang Islam. Mungkin lu bingung dengan statement gua. Tapi ini benar adanya. Indonesia
menganut sistem demokrasi. Dulu, waktu smp gua mikir kalau Demokrasi adalah
yang terbaik. Kita bisa membelenggu orang jahat dengan cara bersama-sama. Tapi itu
hanyalah pendapat bocah. Sekarang gua
berbalik 1800, sekarang gua mikir bahwa sistem demokrasi adalah yang
Paling Terburuk di dunia. Seperti yang juga dikatakan Aristoteles(348-322 SM).
Aristoteles menyebutkan demokrasi sebagai Mobocracy
atau The rule of the mob. Sistem yang
bobrok dan rusak, dan Aristoteles pun mengatakan begitu. Nyatanya ironi
memperlihatkan bahwa orang baik pun punya kepentingan yang harus diprioritas seperti
Keluarga, partai pun terkadang juga masuk dalam prioritas. Bisa dibilang dalam
demokrasi opsi yang paling menguntungkan atau setidaknya tidak merugikanlah
yang dipilih. Itulah Cacat terbesar dari Sistem Demokrasi.
Umat
muslim(Indonesia) manganggap sesuatu yang menurutnya baik dan itu dipaksakan ke
non-muslim. Sangat berat, berat sekali untuk gua akui bahwa TERKADANG umat
muslim(Indonesia) memang Egois. Terserah jika banyak yang gak suka dengan
tulisan gua kali ini. Tapi menurut gua itu benar. Dan berkat kekuatan “Mayoritas”
kita merasa mendapat dukungan penuh, jika terjadi suatu gesekan antar Agama di
Indonesia maka dipastikan umat Islam yang diunggulkan. Sampe sini lu udah emosi
mungkin.
Tapi hal-hal berikut ini mungkin akan menyadarkan kita
bahwa memang kita kadang Egois:
1.
Adzan, wahh pasti langsung emosi kan? Islam
mempunyai Rukun Iman yang salah satunya adalah shalat. Dan Nabi Muhammad S.A.W
pun sangat menganjurkan kita shalat di masjid. Salah satu tanda masuknya waktu
shalat adalah Adzan dan ini dilakukan 5 kali sehari. Dan ini fakta bahwa masjid
selalu memasang volume Polll waktu
Adzan. Apakah ini mengganggu? Terkadang iya, umat non-muslim gua yakin kadang
terganggu meski terbiasa. Pulang kerja jam 12 malam dan baru bisa tidur jam 1. Namun
jam setengah 5 terbangun karena suara Adzan.
2.
Takbiran, mirip seperti diatas. Dengan speaker
yang biasa disebut toa kita terus takbiran sampai pagi. Tentunya suara dipasang
Polll juga.
3.
Bulan Ramadhan, pada bulan ini Umat Islam
memaksakan regulasi yang mewajibkan rumah makan tutup. Dan dengan alasan “Menghargai”
orang non-muslim HARUS menahan keinginanya untuk makan dan harus bersembunyi
kadang. Itu harus dilakukan demi menghindari perkataan “tidak menghargai” dari
umat muslim. Memang harus memaksakan? Bukannya menahan nafsu akan menambah
pahala kita? bagi rumah makan khususnya warteg bulan Ramadhan adalah bulan yang
paling capek mungkin. Mereka tidak bisa tidur untuk menyiapkan sahur dan harus
tutup di siang hari, meskipun diizinkan buka jika sudah sore.
4.
Idul Adha, kalo yang ini mungkin hanya
segelintir dari umat muslim Indonesia. Pembagian daging diberikan ke semua
kalangan dari yang miskin hingga menengah tapi SEGELINTIR umat merasa tidak
perlu member non-muslim yang menengah karena dia dianggap sudah mampu. Tapi harus
diakui tidak memandang Agama Islam mewajibkan orang miskin di Prioritaskan. Jadi
tidak ada non-muslim yang miskin tidak kebagian.
5.
Daging Babi, ini merupakan fakta paling umum. Banyak
dari kita yang menghina non-muslim dikarenakan hal ini. Bahkan pasti pernah
diantara kita jika orang non-muslim memakan daging dan menawarkannya kepada
kita, kita pasti bertanya “ini babi ya?” atau “ini bukan daging babi kan?”
mungkin kita hanya bermaksud untuk memastikan tapi di sisi lain kita merendahkan
mereka(mungkin) dengan beranggapan non-muslim selalu memakan daging babi, dan
juga ada rasa ketidak percayaan juga. Menurut gua, non-muslim Indonesia pasti
sudah tau bahwa babi haram bagi kita. dan mereka tidak sebodoh itu tidak
melarang kita jika memang itu daging babi. Dan perihal soal daging, kita juga
salah. Agama Hindu melarang memakan sapi, namun kita memakan sapi dan dengan
bebas mengurbankan pada Idul Adha. Jika dilihat dari sudut pandang mereka(umat
Hindu) kita adalah orang yang salah. Jadi siapa yang salah?
6.
Lokalisasi, ini agak sensitif. Gua gak tau gua
bener apa engga, tapi gua percaya bahwa sebenarnya lebih baik ada lokalisasi
dengan catatan diawasi secara KETAT. Sangat KETAT. Umur adalah salah satu yang
menjadi salah satu persyaratan, dan hokum orang yang melakukan diluar
lokalisasi akan JAUH mendapatkan hukuman yang lebih berat. Kalo kayak gitu gua
setuju dengan lokalisasi. Tapi tidak begitu dengan segelintir umat Islam. Bahkan
ada yang bertindak anarkis menghancurkan tempat lokalisasi. Dan memang miris,
sangat miris. Dengan berat hati gua bilang “pelaku” lokalisasi juga ada yang
beragama Islam. Lalu? Masalahnya? Kita salah, membiarkan dia terjerumus. Dan anehnya
gua umat muslim tidak peduli dengan Agamanya. Yang meereka pedulikan hanya “pelaku”
yang dia sandang.
Itu baru tindakan kita yang
sebenarnya tidak merugikan secara langsung. Ada hal yang Oknum
Islam lakukan. Seperti mereka terkesan sulit untuk
beribadah. Kita bisa bebas mengadakan pengajian setiap saat di rumah, namun,
apakah umat non-muslim bisa bebas mengadakan itu? Mereka hanya bisa bebas
melakukan kegiatan keagamaan di tempat Ibadah mereka. Salah? Ya, menurut gua
itu salah. Akan lebih baik jika kita memberitahukan terlebih dahulu kepada umat
non-muslim sebelum mengadakan pengajian dan kita mengIZINkan mereka untuk
menggelar acara juga.
Masalah
lainnya adalah sulitnya mendapatkan izin pembangunan rumah Ibadah. Entah karena
keegoisan kita atau karena kita terganggu kita melarang pembangunan rumah
ibadah. Beberapa kasus bisa dilihat dibawah. Dan sumber yang gua daper berasal
dari Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia dan kompasiana. Sebelumnya maaf kalo Cuma
kasus Gereja aja. Ga ada maksud tertentu kok.
1.
Gereja
Sidang Jemaat Allah (GSJA) di Desa Arjowilangun, Kalipare, Malang, Jawa Timur,
mengalami pengrusakan dan penutupan gereja serta larangan beribadah pada
tanggal 18 April 2010. Sampai saat ini gereja tidak bisa digunakan untuk
beribadah dan ibadah dilakukan di rumah jemaat. Jumlah jemaat 160 orang
(dewasa, pemuda dan anak-anak). Kegiatan pelayanan sudah berlangsung sejak
1990, namun belum mendapatkan izin meskipun sudah mendapatkan tanda tangan dari
172 warga sekitar.
2.
Panti
Asuhan Griya Pamengku Putra dan Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK) KADESI
(singkatan: Kasih Desa Indonesia) di Dusun Cangkrep Kidul, Kecamatan Purworejo,
Kabupaten Purworejo, tanggal 16 Januari 2010, didatangi oleh sekelompok orang
tertentu, santri dari Pondok Pesantren. Mereka juga mengusir anak-anak sekolah
dan pengelola panti asuhan untuk keluar dari tempat itu.
3.
Kasus
150 Front Pembela Islam
mengepung gereja Santo Stanislaus Kostka yang hendak dibangun di Bekasi pada 22
Maret 2014
Apa
tindakan kita benar? Jujur gua ga setuju dengan ini, mana Toleransi Agama yang
sering di
predikatkan ke
masyarakat Indonesia? Meski gua akui sekarang lebih baik disbanding beberapa
tahun sebelumnya karena pemerintah bertindak tegas. Dan sebenarnya ada juga
yang salah umat non-muslim, karena memaksa mengadakan kegiatan keagamaan
padahal belum mengantongi izin. Kita saling introspeksi diri aja. Tidak selalu
kesalahan berada di salah satu umat. Namun ada sebuah spanduk yang sangat indah
bertuliskan “Kami warga ***** akan menolak pembangunan gereja **** sampai MATI”
yapp tulisan “mati” memang ditulis besar. Gua muslim meskipun mungkin bukan
muslim yang baik, namun ada perasaan campur aduk melihat itu. Marah, Kesal,
Sedih bahkan ingin memukul orang yang membuat spanduk itu. Itu bukanlah ajaran
yang diajarkan Agama gua. BUKAN. Dan jujur gua sedih
waktu itu melihat Oknum
Umat Muslim.
Gua ngebahas ini bukan sekedar mengkritik Umat
Muslim, namun seluruh umat. Untuk para non-Islam yang mungkin telah tersakiti
dengan tindakan umat muslim, ketahuilah, itu yang umat muslim rasakan sebagai
kaum minoritas di amerika dan Negara barat. Meskipun ga Cuma di Negara tersebut
tapi perlakuan yang sama juga di berikan kepada umat muslim. Tuduhan teroris
pun sering melekat kepada umat muslim. Gua sakit juga lho… karena Islam ga
pernah mengajarkan hal buruk. Semua Agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan. Namun,
kita melihat Agama melalui umatnya, dan itupun tidak secara keseluruhan. Kesalahan
itulah yang sering kita lakukan. istilah “don’t judge a book by cover” tidak
bisa dipake buat Agama. Agama mengajarkan kebaikan tapi tergantung individu
pemeluk agama tersebut. Beda sama buku yang nemplok
sama isinya. Jadi ga bisa kita menjudge Agama dengan dilihat dari Penganut
Agama tersebut.
Kita bisa bergandeng tangan. Agama berbeda dengan Rasa
tau Suku. Agama merupakan pilihan dan bersifat spiritual jadi ga perlu
membedakan menurut Agama. JUJUr, dalam hati gua yang paling dalam gua pengen
kita semua bisa berdampingan tidak memandang latar belakang tapi lebih melihat
siapa diri kita. ngebayangin seru lho kita debat 5 Agama dengan bawa kitab
masing-masing tanpa berniat menjatuhkan dan saling tertawa ketika ada kesamaan
dari 5 kitab tersebut. Gua yakin Tuhan akan tersenyum ketika melihat umatnya
saling membantu membangun Negara dan saling menolong orang lain. Gua sebagai
muslim hal yang paling gua teladani dari Nabi Muhammad adalah kebaikannya untuk
menolong orang lain, bahkan cerita dia menyuapi tunawisma buta yang membencinya
membuat gua merinding. Ada satu kesimpulan dari cerita itu. Ketika kita
menyayangi orang lain meskipun orang itu membenci kita maka suatu saat akan ada
saat di mana orang yang membenci kita berubah menyayangi kita. dan gua percaya,
dia akan begitu juga ke orang lain yang pada akhirnya akan menjadi lingkaran
kebaikan, meskipun akan berjalan lebih lambat dibandingkan lingkaran kejahatan.
Menjadi mayoritas memang sebuah kekuatan,tapi kadang
kita kurang bijak menggunakan kekuatan itu. Kita emang gak sempurna, kita
memang tempatnya salah. Namun Agama gak ada yang salah. Yang salah pengikutnya.
Jadi apakah menjadi mayoritas adalah benar?
Yukk Mikir…
0 komentar:
Posting Komentar