:::: MENU ::::

Kamis, 10 Maret 2016


              

                Sejenak gua berfikir, Indonesia adalah Negara dengan warga negara beragama Islam terbesar di Dunia. Dan Indonesia adalah Negara demokrasi dengan berlandaskan(Ideologi) Pancasila. Iyaa, itu dulu. Sekarang bisa dibilang Indonesia adalah Negara Muslim(bukan Islam lhoo) yang berlandaskan sebagian besar dari Al-Qur’an. Lohh kok gitu? Iyaa karena Negara kita adalah Negara demokrasi dan mayoritas Politikus di Indonesia adalah orang Islam yang. Ohh iya sebelumnya tau gak Demokrasi itu apa? kalo belom cek di KBBI nih. Jadi bener gak kalo “Mayoritas Adalah Yang Benar”? dibaca dulu pendapat gua dan setelah itu gua akan ajak lu Yukk Mikir…

                Sebelum gua sampein materi yang sensitif ini gua akan sampaikan sesuatu dulu. Gua gak paham Agama, Gua cuman Muslim yang berusaha Taat. Gua juga gak ngerti Politik, karena gua cuman warga Negara biasa. Jujur gua ngerasa ilmu Agama dan politik gua masih sangat rendah. Gua juga bukan menghina Agama sendiri, gua hanya ingin Negara Indonesia selalu dalam damai dan ga ada konflik yang mengatasnamakan Agama. Gua tau kok banyak yang gak suka dengan apa yang gua bahas. Tapi kali ini Gua hanya mau menuliskan realita yang ada di sekitar kita. Memang gamparan keras tapi gua yakin kalo pendapat ini gak salah tapi juga gak bisa disebut benar. Okee balik lagi ke topik…

                Sebelumnya gua bilang Indonesia adalah Negara orang Islam. Mungkin lu bingung dengan statement gua. Tapi ini benar adanya. Indonesia menganut sistem demokrasi. Dulu, waktu smp gua mikir kalau Demokrasi adalah yang terbaik. Kita bisa membelenggu orang jahat dengan cara bersama-sama. Tapi itu hanyalah pendapat bocah. Sekarang gua berbalik 1800, sekarang gua mikir bahwa sistem demokrasi adalah yang Paling Terburuk di dunia. Seperti yang juga dikatakan Aristoteles(348-322 SM). Aristoteles menyebutkan demokrasi sebagai Mobocracy atau The rule of the mob. Sistem yang bobrok dan rusak, dan Aristoteles pun mengatakan begitu. Nyatanya ironi memperlihatkan bahwa orang baik pun punya kepentingan yang harus diprioritas seperti Keluarga, partai pun terkadang juga masuk dalam prioritas. Bisa dibilang dalam demokrasi opsi yang paling menguntungkan atau setidaknya tidak merugikanlah yang dipilih. Itulah Cacat terbesar dari Sistem Demokrasi.

                Umat muslim(Indonesia) manganggap sesuatu yang menurutnya baik dan itu dipaksakan ke non-muslim. Sangat berat, berat sekali untuk gua akui bahwa TERKADANG umat muslim(Indonesia) memang Egois. Terserah jika banyak yang gak suka dengan tulisan gua kali ini. Tapi menurut gua itu benar. Dan berkat kekuatan “Mayoritas” kita merasa mendapat dukungan penuh, jika terjadi suatu gesekan antar Agama di Indonesia maka dipastikan umat Islam yang diunggulkan. Sampe sini lu udah emosi mungkin.
Tapi hal-hal berikut ini mungkin akan menyadarkan kita bahwa memang kita kadang Egois:
1.       Adzan, wahh pasti langsung emosi kan? Islam mempunyai Rukun Iman yang salah satunya adalah shalat. Dan Nabi Muhammad S.A.W pun sangat menganjurkan kita shalat di masjid. Salah satu tanda masuknya waktu shalat adalah Adzan dan ini dilakukan 5 kali sehari. Dan ini fakta bahwa masjid selalu memasang volume Polll waktu Adzan. Apakah ini mengganggu? Terkadang iya, umat non-muslim gua yakin kadang terganggu meski terbiasa. Pulang kerja jam 12 malam dan baru bisa tidur jam 1. Namun jam setengah 5 terbangun karena suara Adzan.
2.       Takbiran, mirip seperti diatas. Dengan speaker yang biasa disebut toa kita terus takbiran sampai pagi. Tentunya suara dipasang Polll juga.
3.       Bulan Ramadhan, pada bulan ini Umat Islam memaksakan regulasi yang mewajibkan rumah makan tutup. Dan dengan alasan “Menghargai” orang non-muslim HARUS menahan keinginanya untuk makan dan harus bersembunyi kadang. Itu harus dilakukan demi menghindari perkataan “tidak menghargai” dari umat muslim. Memang harus memaksakan? Bukannya menahan nafsu akan menambah pahala kita? bagi rumah makan khususnya warteg bulan Ramadhan adalah bulan yang paling capek mungkin. Mereka tidak bisa tidur untuk menyiapkan sahur dan harus tutup di siang hari, meskipun diizinkan buka jika sudah sore.
4.       Idul Adha, kalo yang ini mungkin hanya segelintir dari umat muslim Indonesia. Pembagian daging diberikan ke semua kalangan dari yang miskin hingga menengah tapi SEGELINTIR umat merasa tidak perlu member non-muslim yang menengah karena dia dianggap sudah mampu. Tapi harus diakui tidak memandang Agama Islam mewajibkan orang miskin di Prioritaskan. Jadi tidak ada non-muslim yang miskin tidak kebagian.
5.       Daging Babi, ini merupakan fakta paling umum. Banyak dari kita yang menghina non-muslim dikarenakan hal ini. Bahkan pasti pernah diantara kita jika orang non-muslim memakan daging dan menawarkannya kepada kita, kita pasti bertanya “ini babi ya?” atau “ini bukan daging babi kan?” mungkin kita hanya bermaksud untuk memastikan tapi di sisi lain kita merendahkan mereka(mungkin) dengan beranggapan non-muslim selalu memakan daging babi, dan juga ada rasa ketidak percayaan juga. Menurut gua, non-muslim Indonesia pasti sudah tau bahwa babi haram bagi kita. dan mereka tidak sebodoh itu tidak melarang kita jika memang itu daging babi. Dan perihal soal daging, kita juga salah. Agama Hindu melarang memakan sapi, namun kita memakan sapi dan dengan bebas mengurbankan pada Idul Adha. Jika dilihat dari sudut pandang mereka(umat Hindu) kita adalah orang yang salah. Jadi siapa yang salah?
6.       Lokalisasi, ini agak sensitif. Gua gak tau gua bener apa engga, tapi gua percaya bahwa sebenarnya lebih baik ada lokalisasi dengan catatan diawasi secara KETAT. Sangat KETAT. Umur adalah salah satu yang menjadi salah satu persyaratan, dan hokum orang yang melakukan diluar lokalisasi akan JAUH mendapatkan hukuman yang lebih berat. Kalo kayak gitu gua setuju dengan lokalisasi. Tapi tidak begitu dengan segelintir umat Islam. Bahkan ada yang bertindak anarkis menghancurkan tempat lokalisasi. Dan memang miris, sangat miris. Dengan berat hati gua bilang “pelaku” lokalisasi juga ada yang beragama Islam. Lalu? Masalahnya? Kita salah, membiarkan dia terjerumus. Dan anehnya gua umat muslim tidak peduli dengan Agamanya. Yang meereka pedulikan hanya “pelaku” yang dia sandang.

Itu baru tindakan kita yang sebenarnya tidak merugikan secara langsung. Ada hal yang Oknum
Islam lakukan. Seperti mereka terkesan sulit untuk beribadah. Kita bisa bebas mengadakan pengajian setiap saat di rumah, namun, apakah umat non-muslim bisa bebas mengadakan itu? Mereka hanya bisa bebas melakukan kegiatan keagamaan di tempat Ibadah mereka. Salah? Ya, menurut gua itu salah. Akan lebih baik jika kita memberitahukan terlebih dahulu kepada umat non-muslim sebelum mengadakan pengajian dan kita mengIZINkan mereka untuk menggelar acara juga.

                Masalah lainnya adalah sulitnya mendapatkan izin pembangunan rumah Ibadah. Entah karena keegoisan kita atau karena kita terganggu kita melarang pembangunan rumah ibadah. Beberapa kasus bisa dilihat dibawah. Dan sumber yang gua daper berasal dari Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia dan kompasiana. Sebelumnya maaf kalo Cuma kasus Gereja aja. Ga ada maksud tertentu kok.
1.       Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) di Desa Arjowilangun, Kalipare, Malang, Jawa Timur, mengalami pengrusakan dan penutupan gereja serta larangan beribadah pada tanggal 18 April 2010. Sampai saat ini gereja tidak bisa digunakan untuk beribadah dan ibadah dilakukan di rumah jemaat. Jumlah jemaat 160 orang (dewasa, pemuda dan anak-anak). Kegiatan pelayanan sudah berlangsung sejak 1990, namun belum mendapatkan izin meskipun sudah mendapatkan tanda tangan dari 172 warga sekitar.
2.       Panti Asuhan Griya Pamengku Putra dan Sekolah Menengah Teologi Kristen (SMTK) KADESI (singkatan: Kasih Desa Indonesia) di Dusun Cangkrep Kidul, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, tanggal 16 Januari 2010, didatangi oleh sekelompok orang tertentu, santri dari Pondok Pesantren. Mereka juga mengusir anak-anak sekolah dan pengelola panti asuhan untuk keluar dari tempat itu.
3.       Kasus 150 Front Pembela Islam mengepung gereja Santo Stanislaus Kostka yang hendak dibangun di Bekasi pada 22 Maret 2014

Apa tindakan kita benar? Jujur gua ga setuju dengan ini, mana Toleransi Agama yang sering di
predikatkan ke masyarakat Indonesia? Meski gua akui sekarang lebih baik disbanding beberapa tahun sebelumnya karena pemerintah bertindak tegas. Dan sebenarnya ada juga yang salah umat non-muslim, karena memaksa mengadakan kegiatan keagamaan padahal belum mengantongi izin. Kita saling introspeksi diri aja. Tidak selalu kesalahan berada di salah satu umat. Namun ada sebuah spanduk yang sangat indah bertuliskan “Kami warga ***** akan menolak pembangunan gereja **** sampai MATI” yapp tulisan “mati” memang ditulis besar. Gua muslim meskipun mungkin bukan muslim yang baik, namun ada perasaan campur aduk melihat itu. Marah, Kesal, Sedih bahkan ingin memukul orang yang membuat spanduk itu. Itu bukanlah ajaran yang diajarkan Agama gua. BUKAN. Dan jujur gua sedih
waktu itu melihat Oknum Umat Muslim.

                Gua ngebahas ini bukan sekedar mengkritik Umat Muslim, namun seluruh umat. Untuk para non-Islam yang mungkin telah tersakiti dengan tindakan umat muslim, ketahuilah, itu yang umat muslim rasakan sebagai kaum minoritas di amerika dan Negara barat. Meskipun ga Cuma di Negara tersebut tapi perlakuan yang sama juga di berikan kepada umat muslim. Tuduhan teroris pun sering melekat kepada umat muslim. Gua sakit juga lho… karena Islam ga pernah mengajarkan hal buruk. Semua Agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan. Namun, kita melihat Agama melalui umatnya, dan itupun tidak secara keseluruhan. Kesalahan itulah yang sering kita lakukan. istilah “don’t judge a book by cover” tidak bisa dipake buat Agama. Agama mengajarkan kebaikan tapi tergantung individu pemeluk agama tersebut. Beda sama buku yang nemplok sama isinya. Jadi ga bisa kita menjudge Agama dengan dilihat dari Penganut Agama tersebut.

                Kita bisa bergandeng tangan. Agama berbeda dengan Rasa tau Suku. Agama merupakan pilihan dan bersifat spiritual jadi ga perlu membedakan menurut Agama. JUJUr, dalam hati gua yang paling dalam gua pengen kita semua bisa berdampingan tidak memandang latar belakang tapi lebih melihat siapa diri kita. ngebayangin seru lho kita debat 5 Agama dengan bawa kitab masing-masing tanpa berniat menjatuhkan dan saling tertawa ketika ada kesamaan dari 5 kitab tersebut. Gua yakin Tuhan akan tersenyum ketika melihat umatnya saling membantu membangun Negara dan saling menolong orang lain. Gua sebagai muslim hal yang paling gua teladani dari Nabi Muhammad adalah kebaikannya untuk menolong orang lain, bahkan cerita dia menyuapi tunawisma buta yang membencinya membuat gua merinding. Ada satu kesimpulan dari cerita itu. Ketika kita menyayangi orang lain meskipun orang itu membenci kita maka suatu saat akan ada saat di mana orang yang membenci kita berubah menyayangi kita. dan gua percaya, dia akan begitu juga ke orang lain yang pada akhirnya akan menjadi lingkaran kebaikan, meskipun akan berjalan lebih lambat dibandingkan lingkaran kejahatan.

                Menjadi mayoritas memang sebuah kekuatan,tapi kadang kita kurang bijak menggunakan kekuatan itu. Kita emang gak sempurna, kita memang tempatnya salah. Namun Agama gak ada yang salah. Yang salah pengikutnya. Jadi apakah menjadi mayoritas adalah benar?

               
Yukk Mikir…


0 komentar:

Posting Komentar